Masih Bertahan Sejak Tahun 1987, Satu Keset Hanya Butuh 45 Menit Kreativitas merupakan salah satu aspek penting menciptakan peluang usaha ditengah persaingan dunia kerja yang kompetitif. Sama halnya, masyarakat Desa Pucung Lor dan Pucung Kidul, Kecamatan Kroya, Cilacap yang memanfaatkan kain perca untuk membuat keset. Mereka pun memperoleh penghasilan tambahan yang cukup menjanjikan. DONY RUDI BINTORO, Cilacap Sejak puluhan tahun yang lalu, dua desa tersebut terkenal sebagai gudangnya para perajin. Berbagai perkakas rumah tangga seperti anyaman bambu, sapu, dan alat pel merupakan sedikit dari berbagai jenis produk kerajinan yang dihasilkan oleh warga di desa itu. Menurut salah seorang perajin dari Desa Pucung Kidul, Munijah, pembuatan keset berbahan kain perca mulai ditekuni warga setempat pada tahun 1987. “Saat ini perajin keset perca di wilayah ini jumlahnya mencapai puluhan orang. Kalau produk kerajinan lainnya bahkan sudah ditekuni jauh lebih dulu,” katanya. Penggunaan kain perca, lanjut Munijah, merupakan pengembangan dari kerajinan keset berbahan anyaman serabut kelapa yang telah ditekuni masyarakat setempat sejak dahulu. Pembuatan keset perca menurutnya tidak sulit, bahkan lebih mudah bila dibandingkan menganyam sabut kelapa dengan teksturnya yang kasar. Untuk menghasilkan satu buah keset perca setidaknya membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Semakin mahir perajin, maka proses pembuatannya akan semakin cepat. “Dalam sehari, kami bisa membuat antara 5 – 6 buah. Keset yang sudah jadi kemudian dijual ke pengepul dengan harga Rp 7.000 per buah dan dipasarkan ke berbagai kota besar. Di toko bahkan harganya bisa mencapai Rp 10.000 per buah,” imbuhnya. Perajin lainnya, Nasilem menambahkan, kain perca yang digunakan adalah kain elastis yang banyak digunakan untuk membuat kaos. Perca untuk membuat keset dibeli dari pedagang perca seharga Rp 2.000/ kg. Sebelum kerajinan berbahan perca ditekuni, kain sisa pembuatan kaos itu dibakar atau tidak dimanfaatkan oleh pabrik konveksi sehingga tidak memiliki nilai ekonomis. Namun kini banyak pabrik konveksi, terutama dari Bandung banyak mengirimkan kain perca untk warga di dua desa tersebut. Dari satu kilo kain perca, setidaknya perajin dapat membuat 3 – 4 buah keset. Namun demikian, Nasilem mengungkapkan, pembuatan kerajinan keset merupakan pekerjaan sampingan bagi sebagian besar warga Desa Pucung Lor dan Pucung Kidul. “Kebanyakan pekerjaan utama perajin adalah petani. Kami mengerjakan keset untuk mengisi waktu luang ketika pekerjaan rumah sudah selesai. Ketimbang membuang waktu percuma, kami bisa mendapat penghasilan tambahan dari kegiatan ini,” katanya.(*/ttg) Caption : Kerajinan keset sudah ditekuni sebagian warga Desa Pucung Lor dan Pucung Kidul sejak puluhan tahun lalu.
Sumber: http://radarbanyumas.co.id/melihat-ketekunan-masyarakat-desa-pucung-lor-dan-kidul-kecamatan-kroya/
Copyright © Radarbanyumas.co.id
Selasa, 21 November 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Keseharian Warga
Masih Bertahan Sejak Tahun 1987, Satu Keset Hanya Butuh 45 Menit Kreativitas merupakan salah satu aspek penting menciptakan peluang usaha di...
-
Masih Bertahan Sejak Tahun 1987, Satu Keset Hanya Butuh 45 Menit Kreativitas merupakan salah satu aspek penting menciptakan peluang usaha di...
-
Mendoan tempe disajikan dalam keadaan panas disertai dengan cabe rawit atau sambal kecap . Mendoan tempe dapat dijadikan sebagai lauk ma...
-
Pantai Teluk Penyu Pantai teluk penyu bisa dikatakan merupakan pantai yang menjadi andalan Kota Cilacap. Jaraknya sekitar 2 kilometer da...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar